Aku penanda nyeri
Lukamu tak semenyenangkan punyaku
Yang beranak-pinak di malam hari
Yang jadi sebab tiap terkesiap
Ialah jawaban
Dari mengapa-mengapaku
Ya, mengapa.
Sepiku malah tumpukan pembicaraan alot
Sedang sepimu cuma sendiri
Kau bisa, mengopi di pelataran
Dengan jiwamu yang lain.
Ya mengapa.
Sepiku malah adu cicit
Berebut sangkar padahal sebaik rumah,
hanya seikat dari serikat.
Nyerimu tak semenyenangkan punyaku.
Sepimu tak segetir malamku.
Mengapa, ya.
-dipta