bukanlah seorang penuh luka yang tak selalu terluka. bukanlah amatir yang pandai menyerap tafsir yang tak pernah memaknai pelesir.
Selasa, 20 November 2012
Bait-Bait Untuk Papa
Pa..
Papa sehat selalu ya..
Semangat tiap hari...
Dan selalu tersenyum ketika pagi..
Sepulang sekolah
Aku akan bereskan seluruh sudut rumah..
Supaya papa mau berlama-lama dirumah
Dan hanya itulah tempatmu pulang pa..
Aku akan bereskan sepatu adik-adik..
Siapkan makan malam..
Siapkan meja makan..
Lalu ada secangkir minuman diatasnya untuk melepas lelah pa..
Jika suatu waktu..
Papa gelisah hendak bercerita
Aku selalu ada buat papa
Kita bisa bercerita sambil minum teh diserambi..
Semua akan kulakukan
Bilapun semua sudah tak dapat melakukannya,
Aku akan berusaha lakukan buatmu
Asal jangan putus harapan...
Aku akan sambut kedatanganmu dijendela..
Seperti saat dulu aku kecil pa..
Apa saja akan kulakukan
Untuk buatmu bahagia dirumah sederhana kita..
Tapi papa janji ya..
Papa akan selalu pulang kerumah..
Papa selalu kembali pada ku, pada mama, pada adik-adik
Papa mencintai kami selayaknya mencintai kakek nenek kami..
Tak apalah kutanggung saja rahasia mu pa..
Masalah itu biar aku yang bereskan
Asal.. Jangan terlena dengan kepalsuan cinta..
Wanita itu tak mencintaimu, selayaknya keluargamu mencintaimu pa..
Aku bersamamu sepanjang usiaku, i love you..
Senin, 19 November 2012
It Seems Like Just Yesterday
Jadi keinget jaman SMP dulu. Jadi, waktu aku kelas 8 aku sekelas sama cowo yang sukanya usil. Tiap anak dia usilin, sampai-sampai kucing lewat nggak bersalah dia usilin juga.
Tapi meskipun usil, nilai-nilai dia bagus sih.. Aku banyak belajar juga dari dia. Cuma dia nyebelin, setelah itu pasti nyombongin diri, trus ngejekin anak yang dia ajarin. Untung belum bilang "wah.. ternyata kamu pintar ya.. *pukpuk*".
Dulu, yang sering jadi sasaran itu aku. Perasaan aku nggak mulai duluan deh. Emang dia aja yang usil. Sepatu, tepak pensil, buku, kaus kaki, semua ditaruh diatas AC. Mana aku nggak nyampe buat ngambilnya. Makin puas dia liatnya.
Tapi dia nggak segan minta maaf kalau emang udah kelewatan. Pernah suatu kali, tasku dimasukin serbuk kopi, soalnya seharian aku angop-angop terus. Akhirnya aku marah, eh dia minta maaf trus bersihin tas ku. Pernah juga gambar manga ku (semacam kartun-kartun jepang) dicoret-coret pakai spidol. Nggak terima, akhirnya aku nangis. Eh dia nyusulin ke kamar mandi trus minta maaf.
Sampai pada suatu siang, dia main kerumahku. ngerjain tugas fisika. Dia sok baik gitu sama mamaku. Padahal disekolah sukanya nge-bully aku, jahat ya.
Sepulang dari rumahku, setengah jam kemudian ada berita demo di tv. Dijalan Ahmad Yani. Macetnya parah tuh. Aku inget cowo itu pulang lewat situ. Karna khawatir aku telfon dia. Alhamdulillah dia baik-baik aja. "Nggak papa kok, sekarang aja lagi nepi buat ngopi. Kenapa? Ketakutan?" Akhirnya kandaslah rasa khawatirku. Nyebelin.
Tapi pas diinget-inget, dia paling sering buat aku ketawa. Paling sering juga bikin hampir nangis. Emang kata temen-temen waktu aku SMP dulu agak cengeng.
-o-o-o-o-o-
Kejadian yang paling aku inget sekarang. Dia pernah nggak masuk 1 minggu. padahal dia jarang banget absen. Katanya, dia dimarahin orang tuanya gara-gara temannya pinjem motor dia, eh nggak taunya di buat balapan. Kemudian temannya kecelakaan, dan si motor rusak parah.
Sumpah, aku kaget dengernya. Aku sms dia nggak balas, niatku baik, nanya kabar sama tugas apa aja disekolah. Waktu itu aku cemas, ngerasa sepi juga dikelas.
Seminggu setelahnya dia masuk sekolah. Aku tunggu-tunggu usilnya dia. Tapi semenjak kejadian yang dia alami, cowo itu makin diem, tambah dewasa, dan nggak usil sesering dulu. Kata teman-temannya, dia sedih dan agak syok. Apalagi orangtuanya keras.
Aku mau bantu dia, kita semua mau bantu dia. Tapi cowo itu udah terlanjur berubah. Sebenernya aku sedih. Sampai sekarang aku nggak tau kabar dia. Paling juga temen-temen yang bilang ke aku, kalo dia begini begitu.
Saat aku tulis paragraf terakhir ini, aku baru sadar, aku masih merasa kehilangan, sebagai sahabat yang berbagi dalam segala hal. Sebagai sahabat, yang dulu pernah melakukan apapun bersama.
Jumat, 16 November 2012
Syukur
Rumput ini tak bergerak ditiup angin
Butiran embun jadikannya berat
Ia tumbuh dengan baik ditanah lembab sejuk nian
Sungguh ia bahagia, walau hanya jadi rumput diatas bukit
Terkadang angin buatnya menari
Kekanan, kekiri, kemana saja sang angin meniupnya
Ia diselimuti kedamaian bahkan hingga akar terdalam
Ia lebih bahagia dari bunga peony putih
Rumput yang tenang
Ditiup tak bersuara
Tanpa desah
Tanpa kesah
-dipta
Butiran embun jadikannya berat
Ia tumbuh dengan baik ditanah lembab sejuk nian
Sungguh ia bahagia, walau hanya jadi rumput diatas bukit
Terkadang angin buatnya menari
Kekanan, kekiri, kemana saja sang angin meniupnya
Ia diselimuti kedamaian bahkan hingga akar terdalam
Ia lebih bahagia dari bunga peony putih
Rumput yang tenang
Ditiup tak bersuara
Tanpa desah
Tanpa kesah
-dipta
Kamis, 15 November 2012
Puisi Favorit
Ini adalah salah satu puisi yang paling aku suka selama seumur hidup bikin puisi. Kandungannya sedikit privat, jadi waktu baca berulang kali rasa dari maknanya nggak hilang juga. Postingan 'Hal Tabu' ini memperoleh rating terbesar untuk penayangan. Peringatan: jangan dibaca berulang kali saat hati dalam keadaan ngga baik. Bisa memperparah.
HAL TABU
Denganmu bagai fatamorgana dipadang pasir
Sejauh aku mengejar kau makin jauh pula
Layaknya berdiri dibatu licin
Sudah begitu tertimpa hujan
-dipta
Harapan
Kami semua berjalan pulang
Lelah, rasanya kedua kaki ini mau lepas
Baramai-ramai terseok ke kanan ke kiri
Sampai mau jatuh, peluh banyak mengalir
Tapi tugasku belum usai
Tanganku bergerak lincah coret sana coret sini
merangkai tiap kata hingga jadi berbaris-baris
Sepertinya ada elang kecil yang mengawasi
Elang itu kau
Sudah berapa lama kau mengawasiku dari kursimu?
Tahukah kau terkejut saat aku menatapmu?
Tidak hanya sekali dua kali tidak hanya satu waktu
Tahukah aku ingin kau perhatikan?
Mengartikah aku ingin kau cari saat sosok ini tak kau lihat?
Seseorang memberitahuku kau memcariku beberapa kali kemarin
Sini, aku disini, datanglah, hampiri
-dipta
Lelah, rasanya kedua kaki ini mau lepas
Baramai-ramai terseok ke kanan ke kiri
Sampai mau jatuh, peluh banyak mengalir
Tapi tugasku belum usai
Tanganku bergerak lincah coret sana coret sini
merangkai tiap kata hingga jadi berbaris-baris
Sepertinya ada elang kecil yang mengawasi
Elang itu kau
Sudah berapa lama kau mengawasiku dari kursimu?
Tahukah kau terkejut saat aku menatapmu?
Tidak hanya sekali dua kali tidak hanya satu waktu
Tahukah aku ingin kau perhatikan?
Mengartikah aku ingin kau cari saat sosok ini tak kau lihat?
Seseorang memberitahuku kau memcariku beberapa kali kemarin
Sini, aku disini, datanglah, hampiri
-dipta
Senin, 05 November 2012
Hujan di Lahan Tandus
Tak kan ada yang datang
Jadi biarkan aku pulang
Jangan lagi beri harapan
Jika semua hanya tanah lapang
-dipta
Jadi biarkan aku pulang
Jangan lagi beri harapan
Jika semua hanya tanah lapang
-dipta
Langganan:
Postingan (Atom)