Sejernih air danau jauh dari sana sini
Belum dijamah sentuhan jahil
Riaknya tenang cenderung kecil
Angin saja yang buat permukaanya menari
Seperti itulah wanitaku, sedari dulu dihati
Eloknya terlihat bagai riak kecil tadi
Hatinya terbaca semurni air memperlihatkan bebatuannya
Ia enerjik layaknya koi yang lincah geraknya dari ujung hingga kemari
Sungguh kebaikannya mudah terbaca
Senatural mungkin gemulai lakunya
Namun jika semudah itu dibacanya ia
Bukankah mudah jua untuk dimengerti?
Jika semudah itu dibacanya ia
Bukankah tidak lagi menarik hati?
Astaghfirullah.. haladzim...
Astaghfirullah.. haladzim...
Lancang benar mulut tak berguna ini
Ampunkan nafsu yang tak terkendali
Kebaikan wanitaku adalah jantungnya
Kemurnian mengalir dari nadi hingga pembuluh darah
-dipta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar