Sersan berkata dalam suasana duka
"Mak suamimu sudah pulang
Bawalah anakmu ke stasiun kereta
Dia selalu menanyaimu di medan perang"
Bapak pulang?
Akan ada kolak segar dimeja
Tempe dan sambal kegemaranya
Akan kubawa juga buah hati yang telah lahir saat dia tak ada
Terbayang sudah penantian tiga tahun lamanya
Kita akan becengkrama dimeja tua
dengan makanan yang seadanya
Nak, bapak akan pulang nak
Aku menunggu di peron
Mencari gerbong suamiku
Nampaknya masih menuju kemari karna palang belum naik
Peron tak lekas sunyi
"Mak palangnya naik mak, bapak mak!!"
Segera aku berdiri dan menghampiri gerbong terakhir
Peron sudah sepi, lalu apalagi?
Suami-suami telah menemui anak dan istri
Sekarang giliranku
Suamiku pulang dari kejamnya pertempuran
Kan kupastika ini bukan gerbong kantung mayat
Nak, bapak akan pulang
Lelaki lain turun
Jumlahnya banyak tapi tak satupun nampak seperti bapak
Hingga yang terakhir telah turun menuju istri yang menunggunya
Sersan tua datang sedang anak ku gelisah
Ia merangkul pundak ku dan mengajak ku menepi
Matanya sayu dan pucat pasi
Anak-anak ku menghampiri
Riuh riuh pertanyaan anak kecil
Kubelai rambutnya satu persatu
Mereka pikir semua baik karena sang ibu tersenyum
Bapak sudah pulang
Bersama tentara lainnya
Dikeabadian nanti pak
Kita bertemu lagi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar