Ia menggenggamku begitu erat
Melewati ruang dingin sangat gelap
Saat kami telah bebas dari labirin antah berantah
Ia mencengkram pundak mungilku dan berkata "lihat? ini mudah"
Sinar yang hangat menembus sela rambutnya
Aku begitu fokus pada matanya yang lelah
Di sekitar kami mungkin bukit dengan mentari sore dan pohon-pohon oak
Ia tersenyum dan mendekapku seolah ia berhasil mendapat harta karun
Di atas senyum bulan sabitku
Di atas kebahagiaanku
Kami bagai api dan tungku
Yang kini padam di halau waktu
Aku meringkuk dikasur empuk
Kesunyian adalah kawan bermain
Tawaku terendam hening
Bukan lagi dibukit dengan ruh melainkan bejana
Sedang main dengan waktu
Mengenang-ngenang seperti apa dulu
Bagaimana hal ini dapat pupus tanpa pasang surut
Padahal dulu semenyenangkan itu
-dipta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar