Dalam tatapan nelangsa
Kemanusiaanku mengibakan engkau
Sebegitukah ketiadaan menggelapkanmu?
Demikian kau rangkul bulan dari langitnya
Menariknya masuk ke pintu gubukmu
Sementara aku mengadah pada malam
Tentang bulan yang ingkar
Kami tidak bertengkar tapi dia hilang sangkar
Sudah 3 musim kita berlalu
kemanusiaanku padamkan letusan gunung
Aku tak pernah damai
Hingga ikhlaskan ia tak lagi bertengger
Di ranting Stratus
Keanggunannya akan selalu tetap melengkung
Meski kenakan baju badut
Dengan pendar keperakan ia menari
Di gubukmu
-Dipta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar