Laman

Senin, 30 Desember 2013

Bila Aku Jatuh Cinta

Aku terjaga dari suaramu
Ditengah keramaian
Di padat keheningan
Seperti tik-tik hujan
dan tik-tok jam.
Seperti gemuruh
Di pesisir nyiur
tepat tepi bibirmu.
Aku ingat suaramu,
Yang berpora dari tumpukan bangkai
para lelaki yang kau koyak dadanya.
Suaramu itu air yang pintar memainkan alur.
Suaramu itu
Meresap di lubang-lubang dada
Koyak makin meruyak
Lalu menjilat darah sepenuh kawah.
Kering.
Kau beri kering.
Setelah mengecup kening.
Kau tinggalkan kawah para lelaki
Biarkannya luput dari genangan.
Dan kini aku tidur didadamu
Ibarat tanah di bulan mei aku menyerap suaramu.
Seperti tik-tok jam
Kecuali kalau hilang baterai,
Aku juga bangkai.
-dipta

Jumat, 27 Desember 2013

Kanvas Penyair

Yang kujual dari layar terpa ini
Semua lukisan yang juga sudah kupoles
Kau bisa lihat
Bagaimana aku mulai merangkai
Garis-garis tempat kata-kata menetap.
Setiap waktu punya warna arsirnya sendiri
Dan cinta tak lagi kubuat mawar melati
Atau darah, atau duri.
Melainkan persawahan didepan dua gunung kembar.
seperti saat guru taman kanak-kanak menyuruh muridnya:
"Anak-anak, coba gambarkan pemandangan alam".
-dipta

Kamis, 26 Desember 2013

Garis di Telapak Tanganku

       Aku melihatnya sebagai sebuah papan permainan. Saling melempar dadu, menunggu giliran, menjalankan bidakmu. Semua hanya sebatas papan di atas meja permainan. Mungkin kau bisa melangkahkan anak bidakmu kedepan, mungkin berhenti ditempat, bahkan memundurkan langkah anak bidakmu. Dadu yang kau lemparkan bagai sebuah joker. Jika beruntung, joker akan menaungi lemparanmu. Dan mempercepat langkahmu menuju akhir. Mirip seperti ular tangga kan? Mungkin beginilah cara takdir bekerja padaku.
        Untuk segala yang menempaku, aku penasaran: Bagaimana hariku akan melompati angka-angka pada kalender. Hal apa yang akan terjadi padaku nanti. Aku bertanya-tanya bagaimana hal ini akan berakhir. Sampai aku memijak garis akhir tepat dibawah kakiku. Dan kau bisa mengukur kemampuan petarung sepertiku. Apa ada air paling bening, yang membercak dipapan permainanmu?
 -dipta

Selasa, 24 Desember 2013

Mémoire

           Pukul 9 pagi saat aku telah selesai merimba di koran harian, selepas menyesap susu stroberi panas yang telah mendingin. Terdengar celetukan ringan yang cukup berat untuk ku resap artinya dari mulut adikku, "Bukannya hari ini dia ulang tahun?"
          Ya, 6 kata barusan bagiku bermakna seribu. Aku tidak sengaja lupa, aktivitas baruku seolah menghapus semua data yang telah kusiapkan sejak lama. Segera kuambil ponsel yang kutinggalkan dikamar, lalu mencari namanya di kontak ponsel. Namun niat untuk mengirim pesan happy birthday kukaramkan. Bukan tanpa alasan, tentu saja aku tak melakukannya begitu saja. Hanya aku tidak ingin terlibat pembicaraan berdua dengannya, hanya berdua, bertiga dengan ponselku. Alih-alih mengirim pesan, aku mengetik user twitternya di penulisan status dan berkata "happy sweet seventeen for you, aku nggak ngirim selamat cuma-cuma ya, hehe". Send.
         10.15, ketika aku tengah bergulat dengan sosial media yang lain untuk promo barang di toko onlineshopku. Nada dering nyaring terdengar dari ponsel yang kusendirikan di atas tumpukan kertas dan buku mata pelajaran, tanda adanya sms masuk. "Bisa kerumahku sekarang? Ibuku buat nasi kuning di hari ulang tahunku". Darahku berdesir luar biasa cepat, seperti naik wahana roler coaster, entah yang kamu rasakan takut atau senang. Tapi aku tak membalas pesannya, aku hanya menaruh ponsel itu kembali ketempat semula, atau bahkan lebih jauh. Aku tahu aku harusnya senang, tapi entahlah kenangan yang pernah kulalui dengannya membuatku terus menjaga jarak.
         15 menit kedua setelah kuabaikan pesan itu, nada dering kembali terdengar panjang. telepon masuk, dari dia yang-tidak boleh-disebut-namanya. Keraguan kembali duduk di jemariku yang hendak menekan tombol jawab. Tidak, aku tidak menjawabnya.
         Pukul 14.00, tepat saat aku telah selesai mengurus onlineshop dan novel yang sedang kukerjakan. ponsel kembali berdering, telfon masuk (lagi). Seolah aku tengah mengirim pesan langsung padanya, aku berkata dalam hati "Maaf, tapi tidakkah ini cukup? Bukannya aku tak mau bertemu, atau menghadiri ulangtahunmu. Hanya saja aku belum siap dan menyiapkan kata saat bertemu denganmu. Kita sudah usai, dan aku menyesalinya. Kita sudah saling melanjutkan hari dan aku menyesal masih merasa berat. Kau tahu aku selalu menunggumu, Tidakkah ini cukup?". Dan nada dering berakhir.
        Aku tahu aku egois, tapi terus berpura-pura tersenyum di hadapannya? Tidak, aku tidak bisa lagi. Aku seperti bocah kan? Aku tahu, tapi hubungan ini rumit. Sebentar begini sebentar begitu, ini penyiksaan buatku. Terlebih teman-teman perempuannya yang membuatku salah tingkah. Seolah aku ini benda asing yang masuk kedunia privat mereka. Dan aku lebih tidak sanggup lagi jika berdiri didepan pacar barunya. Bersanding tepat disisi tubuhnya.
        14.30, entah kabar menggembirakan atau kabar yang mengantarkanku pada penyesalan. "Dia sudah nggak ada dirumah. Baru pergi sama teman-temannya". Adikku berceletuk lagi. Yang dimaksud bukan informasi dia baru saja pergi. Tapi dirumahnya hingga setidaknya jam 2, disana tidak ada teman-teman atau pacarnya. Artinya, dia memberi privasi, dia menungguku.
       Dia menungguku dan aku tidak datang. Tidak apa, sekenanya ia tahu rasanya menunggu. Dan harga yang kubayar saat ini, pukul 4 sore. Kepalaku tak bisa berhenti memikirkan kejutan manis apa yang diberikan pacar baru untuknya. Kukira hal ini akan berlangsung hingga larut, atau sampai aku mengisahkan cerita ini padamu.

ps: Kita bisa melupakan kenangan atau apa saja yang mereka lakukan sama kita. Tapi kamu nggak akan bisa lupa rasa sakitnya.
-dipta

Rabu, 20 November 2013

Wisuda

Untuk hujan kusematkan
Selamat datang dan selamat jalan
Semoga jatuhmu jauh dari risau
Rinaimu tak bernada parau

-dipta

Puisi Satu Bait

Kemarin adalah kata
saat hari aku tiada
mampu memberi makna
pada sunyimu yang bersua

-dipta

Minggu, 17 November 2013

Dalam Kedewasaan

Tahukah kau saat hati ini terluka
Ia ingin memberontak dan menangis sepuasnya
Namun hati ini telah dewasa
Yang ia lakukan hanyalah menulis sebait puisi

Sabtu, 16 November 2013

yang Sepi Malam Ini

Yang bisa di tengok
dari gubuk kami
cuma dua jendela
yang menatap sedih
setapak di depan mata pintu
di mana langkah langkah
mencari jejak
di sekitar rumah dan beranda
lalu masuk menjelajah
seperti belantara
yang sudah ia kenal.
Ia mengaduk
gula dalam toples
mencari ingatan yang telah menyerbuk
oleh peraman waktu.
Ia melesak ke kamar tidur
di mana ranjang telah memeluk
kaki lapuk dan seprei.
Sementara ia lebih terkejut
rumah ini bisa rapih
biasanya cangkir kopi
dan kulit-kulit kacang
atau putung rokok dan majalah donal
mengobrak senyap mengabrik penat.
Namun cuma sebuah kursi dan segulung tikar
tempat malam menina bobokan salam
dan sepi-sepi tergulung rapih.
Memang kini,
rumah kami ramai penyendiri
akhirnya langkah-langkah itu
beranjak pergi. saat aku cinta-cintanya
meramaikan diri dengan jejak-jejak
agar siapapun kerasan di gubuk kami
dan menggelar kopi, kulit kacang, putung rokok
atau sesederhana tawa di seduh ingatan.

-dipta

Senin, 04 November 2013

Menyakiti Semudah Itu

Ku serahkan segala kerah
Seperti embun di kelopak layu
Pagi-pagi mata sudah sayu
Terlalu sering menghidupkan malam
Dengan terik bohlam.
Ku pintal segala pinta
Seperti sulur yang mencoba hidup
Di antara para pencakar langit
Dan pengoyak tanah berhumus.
Ku tantang segala tentang
Seperti mawar yang hendak di renggut
Dari tanah  yang menghidupinya
Dari duri yang dicintainya
Hanya agar tangan pecinta nyaman
Tanpa mau pikirkan:
Barangkali kamu terluka.

-dipta

Sabtu, 02 November 2013

Hujan Membacamu

Hujan tahu kau masih peduli
suara serak di jemu jarak,
lilin kecil tiada berpuan
sepeninggal tuan ke pasar zaman
memilih waktu mana yang paling apik
dan belanja ingatan melankoli.
Hujan tahu kau masih peduli
derai di sebatang serai
yang kau memarkan untuk kesenangan
lidahmu haus perisa pangan.
Hujan tahu kamu masih peduli
jejak-jejak samar
di punggung jalan yang gatal
selepas hujan menghapus
langkah tak mau pergi
yang kini terus kau cari.
Ya, Hujan tahu
sesalmu kini.

-dipta


Akumu di Sebujur Waktu

selama pagi tak jemu jadi penyapa bumi
selama kamu tak jenuh jadi penanda hari
selama aku tak penuh di cangkir kopimu
selama peluh tak jadi keluh
selama utuh buatmu butuh
selama kamu rajin bertamu
selama pintuku kau ketuk dengan pagarmu
maka di tungkumu
aku masih nyala waktu

-dipta

Kamis, 24 Oktober 2013

Rumah Terakhir

Sesal bingung mencari
Aku yang bersembunyi sedih
Di pusar ayahku
Atau pusara ibuku

-dipta

Mencari Kata

Aku tidak tahu, dik
Bagaimana menjawab pertanyaanmu
Tanpa pernyataan
Aku mencintaimu

-dipta

Jumat, 11 Oktober 2013

Cara Mudah Bikin Puisi (ii)

Dulu banjir katamu menggenang
Lalu kenapa,
Karna sebuah cuma
Kau keringkan segala genang
Hingga sebatas kenang?

-dipta

Akulahmu (Kaulahku)

Kekasih, aku tiada puisi lama
Akulahmu merimba di dada tanpa kemeja
Ulahmu loloskan kancing dari mata tanpa bola
Lupalah aku segala tepi dari serikat cuma
Akulahmu, setubuh adu jiwa dari yang jauh.
Hujan engahkan kita, kasih.
Kasak-rusuk disebujur kapuk
Uapkan rindu disegala yang lapuk.

Kamis, 19 September 2013

Anginkan Mengapamu di Sayup Resahku.

Aku penanda nyeri
Lukamu tak semenyenangkan punyaku
Yang beranak-pinak di malam hari
Yang jadi sebab tiap terkesiap
Ialah jawaban
Dari mengapa-mengapaku
Ya, mengapa.
Sepiku malah tumpukan pembicaraan alot
Sedang sepimu cuma sendiri
Kau bisa, mengopi di pelataran
Dengan jiwamu yang lain.
Ya mengapa.
Sepiku malah adu cicit
Berebut sangkar padahal sebaik rumah,
hanya seikat dari serikat.
Nyerimu tak semenyenangkan punyaku.
Sepimu tak segetir malamku.
Mengapa, ya.

-dipta


Minggu, 25 Agustus 2013

Aku Tahu

Sesal tiada sekedar
Sadar melumut waktu
Atau nasi basi
Di jamuan kenangan

-dipta

Sabtu, 03 Agustus 2013

Sabda Laut

Kini laut dapat mencium utuh
Bulan yang tidak sabit
Bukan berarti melangkahi langit
Ia bukan segolongan picik di titik pulau sana
Dengan riaknya ia mencumbu
Di geladak ini
Ia lebih tidak peduli
Ada sebuah atau seubah
Lelaki yang menatapnya iri
"Semua tak luput dari laku luka rintang", katanya
"Kekasihku tiada turun dengan titian
Sedang aku tak dapat membawa tangis kesisi anggunnya
Yang jadi musal lautku
Meski segumpal dengki hitam awan tak merestu
Dan seputar angin memusar nanah letihku
Kekasihku masih mengecup kening
Cinta tiada karena
Walau sebisanya beri bayang di bentang cermin
Tuhan tak alpa ingatkan jua
Kekasihku tak mungkin bersanding dibawah
Meski demikian Tuhan restui dia
Memendar belai keperakan
Yang tiadanya lautku kering
Menguap hujan
Dikemarau panjang


-dipta

Minggu, 28 Juli 2013

DAN BULANPUN TERJATUH

Dalam tatapan nelangsa
Kemanusiaanku mengibakan engkau
Sebegitukah ketiadaan menggelapkanmu?
Demikian kau rangkul bulan dari langitnya
Menariknya masuk ke pintu gubukmu
Sementara aku mengadah pada malam
Tentang bulan yang ingkar
Kami tidak bertengkar tapi dia hilang sangkar
Sudah 3 musim kita berlalu
kemanusiaanku padamkan letusan gunung
Aku tak pernah damai
Hingga ikhlaskan ia tak lagi bertengger
Di ranting Stratus
Keanggunannya akan selalu tetap melengkung
Meski kenakan baju badut
Dengan pendar keperakan ia menari
Di gubukmu

-Dipta

Sabtu, 27 Juli 2013

Mantra

Pagi pukul 7
Disekolah aku tidak belajar
Apalagi mengerjakan tugas
Bukuku basah, kena air mata

Ibu guru tidak pernah bertanya
Tahu-tahu mama papa bikin pesta
Padahal baru berlempar perabotan
Katanya aku pintar, nilainya biru semua

-dipta



Pelajaran dari Sebait

Sejauh kilometer untuk meraih
Pulang hanya memanggul letih
Perjalanan tak pernah sia-sia
Kamu percaya?

*lanjut nulis*
-dipta

Pulang

Kenapa mesti bersebrangan?
Mari meneduh
Sepayung kita lalui setapak waktu
Irama langkah menjadi notasi sebuah tawa
-dipta

Selasa, 09 Juli 2013

Separuh Pergi

Selupanya aku mengingat
Ia tak disebut manusia tanpa hatinya
Seumpama catur tanpa anak bidaknya
Kita tak beda jua
Perihal kodrat dan tata aturan
Adam dan hawa
Menikahi cinta merawatnya hingga usia tua
Mengandung kasih yang tak bisa didebat lagi
Dan dicerita yang baru berawal
Secangkir murni kebahagiaan diteguk tuntas
Tak lagi mengenal cangkir yang berbatas
Harusnya tak usah buang waktu
Ceritakan kisah ini padamu
Katanya kisah kita mirip jua
Mirip apanya?
Mirip diawal?
Diusia yang bukan lagi daun muda
Kamu mengertikah?
Tatkalala cincin memeluk erat sang jari manis
Cinta tak lagi seuntai prolog tua
Harusnya diusia yang tak lagi prima kamu telah paham
Mengapakah kesedihanku jadikan langit-langit hati ini mendung
Harusnya kisah ini tak berepilog layak air asin dan air tawar
Kemana pula cintamu melaut?
Bersegeralah pulang kerumah
Memperbaiki atap yang kan memayungi kita
Dari badai kesedihan apapun
Kita kan berpayung berdua
Bukan karna pahitnya kopi yang tergula tak terlalu manis
Lalu menjadikanmu kesetanan
Aku akan menambahkan gulanya kemudian
Atau memperbaiki genting sendirian
Tapi pulanglah
Aku dan cinta-cinta kita yang masih kanak-kanak
Menunggu resah dirumah

-dipta


Minggu, 07 Juli 2013

rêve

           Untuk menangkap bintang, terlebih dahulu tataplah langit. Kalimat pelangi itulah yang menyusup ke kepalaku dipenghujung liburan sekolah bulan juli ini. Time flies, tahu-tahu udah duduk dibangku tertinggi sekolah menengah aja. Aku bukan ditaman karavan lagi. Bukan waktu yang tepat untuk unjuk ke-akuan untuk hal kekanak-kanakan. Sekali lagi, time flies, nggak ada kompensasi atau tawar menawar sama nirlaba yang satu ini.

          Ada hal yang lebih serius dari yang terserius. Sebuah prioritas, adalah impian dan cita-cita. Nggak ada apapun yang perlu dikalkulasi untuk mereka. Mereka sebuah rangkaian pengorbanan. Dimana hukum sebab-akibat menjadi bayangan. Bisa menjadi petunjuk arahmu, karna bayangan tak jauh dari cahaya. Atau mereka menjadi ketakutanmu, apapun itu bayangan selalu tampak menakutkan.

          Mau jadi apa kita nanti, atau apa hal pertama yang akan kita lakukan. Yang pasti di umur termanis sepanjang untaian nafas ini, chekclist udah harus dimatangkan. Dari semua checklist itu, the most important thing is, terus berjuang.

           Mau jadi apa kita nanti, atau hal apa yang pertama kali akan dilakukan. Aku rasa semua jawaban, kita semua udah punya. Menunggu angin berhembus dan cuaca yang cerah untuk memulai, menurutku bukan awal yang bagus. Tapi berlari ditengah deras hujan saat semua meneduh, jika terus dimudahkan, bukankah hal mudah sekalipun suatu saat tak bisa dikerjakan?

-dipta

Selasa, 02 Juli 2013

Black Rose

Gue bersyukur banget bisa menuang apapun yang dikepala jadi deretan kata. Kalo galau nggak bingung mesti nyembuhin ati dimana. Nggak repot nenangin pikiran yang beranting sampai keujung dunia.

Ada api yang bikin gue berasap malam gerimis ini sih. Jadi kali ini Trans Tv lagi muterin Spiderman 3. Biasanya gue nggak pernah ketinggalan, tapi kali ini ngelirik filmnya aja kagak. Bagi gue film itu bukan prioritas dibandingkan bisa online lagi selama semingguan off karna laptop ngadat.

Waktu itu pukul 9, gerimis udah nggak malu-malu lagi. Dia makin ngeboyong temen-temennya bikin malam jadi tambah merinding. Saat itu tanggal 2 juli, sekaligus hari lahir gue. Twitter gue lagi penuh ngebalesin mention-mention follovers yang care ngasih happy sweet17th ke gue. Pas udah agak kendoran, iseng-iseng deh bukain twitter orang. Stalking sama kepo sedekat jantung sama detaknya. Seakrab cinta sama rasa rindunya. Inget itu.

Nah, disitu gue pantengin avanya. Cewek cantik udah mengalihkan lingkaran tangan doi yang dulu sempet diisi berjibun cewek lain (atau mantan gebetan dia). Gue udah ngira ini cewek pasti pacarnya. Tapi gue tetep bandel nggak dengerin hati yang udah garuk-garuk tembok nahan luka yang diciptakan kenangan lama, kenangan lama yang tertanam cukup dalam.

Penyesalan emang kaya masakan yang udah hangus. Akhirnya gue terhenti di salah satu tweet simple tapi cukup hebat bikin jahitan yang belum kering terobek lagi. Dan disinilah gue dapat banyak misbah dari hati yang compang-camping tapi tetep gue paksain untuk dateng ke sebuah resepsi terisi sama kaum elite.

1. Jangan kepo kalo masih sayang
2. Hindari kepo untuk mencegah kekecewaan
3. Haram mengabaikan lampu kuning, kalo engga lu bakal stuck lebih lama dijalan karna ketilang sama kesalahan lo sendiri
4. Waktu bukanlah ibu, sembuhkan lukamu sendiri -donnjuan, ada benernya. sampe kapan lu mau nunggu waktu. belum tentu dia berpihak ke elo kan?
5. Gue ngerti "mantan terlihat lebih menarik -donnjuan". Tapi ibarat piring beling yang udah jadi kepingan terus setengah mati lo satuin semuanya lagi. Kaya udah sabar-sabar menanam tapi yang lo dapet cuman setangkai duri mawar tanpa kembangnya.

Secangkir kopi tanpa gula malam ini cukup ya. Getirnya udah terasa diisapan pertama. Besok-besok kalo gue mau bikin kopi, gue gak akan lupa nambahin gulanya.

-yang lagi sibuk edan ngalur ngedul, Dipta.

ps: aku namain black rose, karna red rose udah pensiun.

Senin, 24 Juni 2013

Cinta Itu Simpel

Tiap cinta megedip
Disitulah senja melabuh
Saat cinta tersenyum
Dipekat malam bulan memayung

-dipta

Sajak Langka

Seribu tahun ku tak bersajak
Bukan berarti laut telah mengering
Namun hujan terus jatuh dipelupuk mata
Membuat tangan yang tadinya ingin menulis
Malah mengusap lembut kedua pelipis

-Dipta

Sabtu, 13 April 2013

AKU INGIN KEMBALI PULANG

Aku punya cerita pengantar tidur
Kisahnya layak sebilah pedang panjang.
Yang jika menusuk dapat tertembus.
Rasanya sakit, tapi tak sesakit rasa rindu.
Teramat rindu tapi tak se-arogan perpisahan.
Berawal dari tali persaudaraan,
Bermuara pada kebencian yang dipaksakan.
Berujung ditajam tombak
Berakhir dengan darah dipelupuk mata
Klimaks oleh ketidaksepemahaman
Dan dua tokoh diantaranya amat tersiksa
Mereka dipaksa untuk membenci
Sedangkan kedua hati miliknya lebih merindu
Skenario yang dikenal seantero
Naskah kejam milik si pembuat jahat
Memisahkan dua gadis kecil yang dulu bermain boneka diberanda
Yang tiap malam tidur seguling sebantal
Tiap makan sepiring berdua
Ada tangis, kesal, dan tawa
Yang kesemuanya dipikul bersama
Cuma berujung ditajam tombak
Saling menikam
satu didada
satu dikepala
Dan ini adalah pengantar tidur terbaik sejagat
Karna aku tak bisa terjaga dibuatnya
Karna kehidupan
Tidak mengizinkan indahnya mimpi menghibur lara
Meski hanya bermimpi untuk kembali bersama

-dipta

ps. Untuk saudara perempuan ku nan jauh, meski kita sedang berpelukan. Aku tahu darah milik kita, takkan pernah berkesinambungan. Darah kita sudah terurai. Salah satunya jadi cerita. Hanya sebuah cerita. Bukan Cinta.



Sabtu, 06 April 2013

Sejatinya Manusia

Layaknya mawar dengan duri
Selamanya senyum mu warnai hari
Seolah air memeluk mesra sang api
Tawamu kekal disamping Sang Abadi

Apalah arti seolah
bagaikan, layaknya, umpama, menyerupai, seperti, seolah, seolah, seolah!
Tapi topeng itu punya isyarat lain
Entah isyarat entah dusta, entah membohongi, entah menutupi, entah mana lagi

Bukan aku mengajari berpura-pura mengalir saja otak timun ini
Bukan juga menasehati, aku tidak munafik
Aku tidak pintar
Aku bukanlah singa yang tinggi hati dengan surainya

Tapi jangan hingga!
Wajah dua milikmu mencambukmu
kepura-puraan itu tak boleh menyayati, menyakiti, menyiksa!
Jangan biarkan dia merengkuhmu dalam-dalam, dan, tenggelam

Aku bukan sok tahu
Memang apa yang kutahu?
Hanya saja kau belum berhasil menipuku seperti yang lain
Senyummu, tawamu,candamu, tak bisa kelabuhiku

Kau bisa
Tutupi semuanya
Tapi kau juga bisa
berperilaku seperti manusia

Menangis
Mengaduh
Atau berhenti tersenyum untuk beberapa menit
Bila hatimu pula tak cukup mampu, untuk kau dustai

-dipta






Minggu, 31 Maret 2013

Sejumput Kisah

Dan lagi
Kesakitan menatapku kukuh
Menjelaskan padaku perih berpuluh-puluh
Terpa sinar dihadapanku ia belakangi

Dan lagi
Kau genggam lukaku kau bawa berlari
Kemudian mengajarkannya arti tawa yang menenggelamkan pedih
Memberinya kecupan, pelukan, mencari darah untuk disudahi

Dan lagi
Kesakitan memelukku
Mata gelapnya meyakinkanku
Bahwa cinta tanpa luka adalah nihil, mustahil

Dan terus saja begitu
Tak sirna pedih perih
Sampai usia tak dapat lagi ditambah dikali
Sampai mati


-dipta *menatap plafon* *mendengus*

Senin, 25 Maret 2013

Piece! (Iklan dan Salah Kaprahnya)

Pada tau iklannya "more than just water" kan? Yup ada Raditya Dika. Siapa sih yang nggak kenal penulis kondang super kocak ini. Pas liat iklan dia asli ngempet ketawa. Bukan karna akting dia (bukan karna cari aman juga). Serius mau minum aja ribet banget.

minum ini, kebelet pup.
minum itu, kebelet pup dan sakit perut.
minum anu, kebelet pup sakit perut plus perut murus,

Sontak dong gue mbatin "alah dit, mati aja lu masuk westafel" sambil ketawa-ketawa penuh dusta. setelah itu muncul adegannya farah queen, gue mbatin lagi "wuih boleh juga" masih cengangas cengenges. Nggak lama kemudian muncul Agnes Monica (the awkward moment when, seperti itu...). Gue diem aja sambil inget-inget semua batinan jahat gue. Dengan rasa bersalah yang memuncak gue mbatin lagi "ampun  boosss ampuuun".

Ampun beneran mas... jangan diciduk... ampun... *sungkem* *salim*

-dipta


Ambang Batas (puisi sebait)

Bukan karna apa hati ini bersua
Mengoceh, mengomel, mengutuk
Bukan karna apa hati ini membeo, berkutuk-kutuk ia
Namun ini hanyalah hati manusia, sesabar apa, bukanlah tak kenal amarah

-dipta

ps: Sepanas apa hatimu, api itu hanya merubahmu. Tak lain, jadilah engkau seperti abu. Sabar tak kenal batas. Manusialah yang mengadakannya.

Minggu, 24 Februari 2013

Puisi Minggu Pagi


Secangkir kopi selalu tergenggam oleh jemari
Rasanya pun sama tiap hari
Entah apa yang buatnya beda kali ini
Mungkin tak ada lagi ucapan selamat pagi


Jumat, 22 Februari 2013

Puisi Bahasa Inggris

 IN TIME

The blue bird flying
It touched the sky
It saw everything
How lucky it is

On the other side
An ant sat on the slippery rock
it didn't did anything
it just looked the blue bird with a broken heart

"God, why you made me smaller?
Why You not make me strong like a tiger?
Why You not make me beautiful like roses?
Why You not make me like that blue bird so i can go everywhere?

"Please God! i'm just an ant!
i am too small to this earth
i'm just an ant
i really want to explore new places

I won't Stuck on here!"
May be God heard it complaints
So God changed it  into a beautiful violet
That ant was full of happines

But suddenly the sky was dark
Many drops water were fallen
The strom came faster than before
Violet was scared

But it was too late
The strom destroyed everything
Every animals were save
Because they were using shelter

How the violet condition?
If only it had waited and thankful
May be it have been had a little happiness
If only

Poor Violet
it wanted everything
but all it got were nothing
Believe, that God will give you a pleasure

In time

-dipta



Minggu, 17 Februari 2013

ALAMI DAN (peng)ALAMAN        


           Udah malem juga, bingung mau nulis apa. Well, 2 minggu ini aku banyak bertemu alami. Karna alami banyak hal, hal-hal itulah yang menjadi cerita tentang apa yang gadis ini alami. Pacaran, putus, alami ya? Ditinggal papa out of town, semua pernah alami ya? Ditinggal mama untuk serentet out of town, ah biasa. Alami. Diluar sana papa nakal, Namanya juga cowok, alami kan... Mama sedih karna dinakalin. Alami, namanya juga perempuan, sakit hati makanan sehari-hari. Rumah teng jeledak ya alami.. Namanya juga sibuk sendiri-sendiri. Kepala puyeng-puyeng juga alami lho. Lha gimana nggak alami? Lha semua-semua dirasa dialami. Coba namanya bukan alami, pasti nggak puyeng. Namanya alami kok, ya harus ikhlas. wong ALAMI.
            Coba namanya PENGALAMAN, nggak bakal puyeng ya to? Sudah ikhlas, belajar dewasa, belajar ini, belajar itu, belajar anu. Buanyak, wong namanya PENGALAMAN.

-dipta

Minggu, 10 Februari 2013

Hanya 3 Baris

Hati ini tak layak dipahami
Makami sekali lagi
Maka aku benar-benar mati

-dipta

Puisi 3 Baris

Hati ini lebih kuat dari besi.
Meski dimakami beribu kali
Beribu itulah ia bangkit

-dipta

Minggu, 13 Januari 2013

Bagaimana Ia Terlihat (Dengan Mata dan Hati)

Sejernih air danau jauh dari sana sini
Belum dijamah sentuhan jahil
Riaknya tenang cenderung kecil
Angin saja yang buat permukaanya menari

Seperti itulah wanitaku, sedari dulu dihati
Eloknya terlihat bagai riak kecil tadi
Hatinya terbaca semurni air memperlihatkan bebatuannya
Ia enerjik layaknya koi yang lincah geraknya dari ujung hingga kemari

Sungguh kebaikannya mudah terbaca
Senatural mungkin gemulai lakunya
Namun jika semudah itu dibacanya ia
Bukankah mudah jua untuk dimengerti?

Jika semudah itu dibacanya ia
Bukankah tidak lagi menarik hati?
Astaghfirullah.. haladzim...
Astaghfirullah.. haladzim...

Lancang benar mulut tak berguna ini
Ampunkan nafsu yang tak terkendali
Kebaikan wanitaku adalah jantungnya
Kemurnian mengalir dari nadi hingga pembuluh darah

-dipta




Senin, 07 Januari 2013

Aksi Positif Awal Tahun

Awal tahun ini, aku mulai dengan banyak hal. Misalnya ngelukis, sama bikin novel. Harapannya sih novel kali ini nggak banyak lampu kuningnya. Hmmm jalan ceritanya cenderung ballad ya. Judulnya sih belum ada. Gampang lah bisa dikutip dari mana aja. Jadi ceritanya...

Ann, gadis 16 tahun. Dia genius dan diberkahi banyak bakat. Tapi orang tua dia over protektif. Dia terus menerus belajar, nggak ada jedanya. Mandi ngafalin kalkulus, makan ngafalin biologi, tidur mikirin nasib...

Sahabat yang ngerti doi namanya Eric. Dia selalu menjawab semua keluhan atau kebutuhan Ann. Udah kaya spesialis aja ya... Tapi Eric berperan penting dalam sepak terjang perjuangan Ann.

Nah, dibalik seluruh kekacauan ini, ada yang lebih kacau lagi. Ibarat menukar kursi yang rusak dengan yang hancur. Ann punya guru les baru namanya Nicolas. Usianya jauh lebih tua, pria ini 22 tahun. Nic, begitu sebutannya, mengambil hati Ann dengan kesabarannya dalam mengajar. Ann jadi lebih semangat mengambil beasiswa.

Puncaknya nih, Ann terlibat skandal mengerikan. Dia jatuh cinta pada nic! Tentu saja karna pemuda pintar ini selalu meguatkan Ann. Sayangnya, Nic bingung. Jika ia mencintai Ann, hal itu akan menghancurkan hati orang tuanya. Tapi jika dia memilih untuk pergi, ia akan menyakiti hati gadis manisnya dan akan menyesal sepanjang hidupnya.

Orangtua Ann sangat terpukul. Bukannya mengerti kondisi Ann, tapi mereka malah memberi jadwal les yang tak ada ujungnya.

Gimana nasib Ann dan Nic ya? Tanya-tanya sendiri dulu deh. Penggalan novel ini untuk bahan ajar dalam hidup aja. kelanjutannya... hehe masih digarap ya..

-dipta